Minggu, 11 Maret 2012

KUANSING SUKSES KAWINKAN GELAR DBL 2012 RIAU SERIES

Tim Putri SMKN 2 TELUK KUANTAN
Tuntas sudah gelaran Honda DBL Riau Series 2012. Hasil laga akhir, tim dari Kuantan Singingi sukses kawinkan gelar juara setelah mengalahkan Pekanbaru. Selamat!

Tim Putra SMAN 1 TELUK KUANTAN
Duel dua kota di final putra-putri Honda DBL 2012 Riau Series menjadi milik Telukkuatan, Kabupaten Kuantan Singingi. Seperti tahun lalu, Pekanbaru kembali gigit jari. Tim putra-putri Kuansing tampil menggila di Gelanggang Remaja yang disesaki ribuan penonton. Mereka pun mengawinkan gelar Honda DBL yang tahun lalu gagal didapat Kabupaten Indragiri Hulu.

SMKN 2 Telukkuantan sukses menjadi juara baru Honda DBL Riau Series dengan mengalahkan SMAN 1 Pekanbaru dengan skor 80-46. Mereka pun menjadi SMK pertama yang jadi juara. Sementara juara bertahan SMAN 1 Telukkuantan kembali jadi kampiun dengan membekuk SMA Santa Maria Pekanbaru dengan skor 65-30. Pelatih SMAN 2 Telukkuantan, Aprizal mengaku bangga dan puas dengan hasil yang mereka raih tersebut.

“Alhamdulillah, perjuangan dua tahun berbuah manis pada final ini, dan kami berhasil membawa pulang juara, terima kasih juga kepada ribuan pendukung dari Kuansing yang sudah hadir memberikan dukungan kepada kami di Pekanbaru,” ujarnya bangga.

Sementara itu, pelatih SMAN 1 Pekanbaru yang terpilih sebagai pelatih First Team putri, Novrinaldi mengakui lawan yang dihadapi lebih tangguh.

“Memang kami kalah di fisik, dan lawan sangat bagus. Kami bagus namun lawan lebih baik lagi. Kepada tim Pekanbaru, saya juga mohon maaf karena gagal membawa piala,” sebutnya. Novri juga mengucapkan banyak terima kasih pada DBL Indonesia yang telah memberinya kesempatan untuk bergabung ke DBL Camp di Surabaya. “Event ini memang merupakan salah satu ajang yang bergengsi dan paling heboh di Riau untuk olahraga basket, dan dari tahun ke tahun semakin bagus. Terlebih dengan kesempatan yang diberikan pada saya untuk belajar banyak nanti. Ilmu-ilmu yang didapat pasti akan saya manfaatkan sebaik mungkin nanti di Pekanbaru,” paparnya.

Di partai putra, tim SMAN 1 Teluk Kuantan juga bermain baik. Mereka memang lebih bagus pula dari kualitas dibanding lawan. Meski di kuarter pertama skor masih belum terlalu jauh, namun memasuki kuarter kedua mereka melejit. Pelatih Point (julukan SMAN 1 Telukkuantan), Surya Kurniawan yang keluar sebagai pelatih terbaik untuk First Team putra sangat bangga dengan perjuangan anak asuhnya. Ilham dkk memang diakuinya bermain sangat lepas dan sabar sehingga meraih hasil maksimal untuk membawa pulang juara.

“Alhamdulillah, berkat kesabaran dan konsistensi anak-anak kita bisa meraih gelar juara tahun ini, sangat luar biasa, semoga kepercayaan yang diberikan sebagai pelatih First Team juga tidak sia-sia,” bangganya usai pertandingan kemarin.

Demikian pula sang kapten Mohd Ilham Fathur-Rahman. Menurutnya pertandingan berjalan berimbang, namun berkat kekompakannya bersama pemain lain makanya bisa menuai hasil bagus. “Ini kemenangan kita semua. Semoga tim-tim di Pekanbaru dan Riau bisa lebih baik lagi mengembangkan basket ke depan,” sebutnya.

Terkait kekalahan yang dialami timnya, pelatih Santa Maria, Mario Luther terlihat sedikit kecewa. Namun dia bangga timnya masih terus berjuang hingga detik terakhir pertandingan. “Ini bukan akhir, ini adalah awal untuk memulai agar lebih baik lagi ke depan, memang lawan yang kami hadapi sangat baik dan materi pemain yang bagus-bagus, semoga tim-tim Pekanbaru bisa mengikuti mereka sebagai motivasi agar terus berbenah dalam dunia basket,” jelas nominator pelatih First Team ini.

Selain meraih kampiun putra-putri, tim putri SMKN 2 Teluk Kuantan juga berhasil mencatatkan nama salah seorang pemainnya, Nopi Yarni dalam First Team bersama Erni. Bahkan Nopi Yarni juga meraih Most Valuable Player (MVP) putri untuk tahun ini.

“Alhamdulillah, perjuangan dengan latihan keras selama dua tahun ini menghasilkan sesuatu yang bisa membanggakan masyarakat Kuansing, dan ibu saya tentunya. Saya akan belajar banyak di DBL Camp nantinya, terima kasih pada Honda DBL,” ungkapnya haru.

Di tim putra SMAN 1 Teluk Kuantan, selain pelatihnya masuk dalam First Team, beberapa pemainnya juga, yakni Riki Purnandes dan Mohd Ilham. Sementara MVP putra diraih forward SMAN 4 Siak, Win Handoko.***RPO

SUMBER : http://www.riauterkini.com/oneheart.php?arr=44763

Sabtu, 21 Januari 2012

MEREKA MENANTANG MAUT MENUJU SEKOLAH


Ini adalah realitas lain di tengah riuhnya pembelian kursi impor di ruangan banggar dan biaya renovasi toilet gedung DPR yang menelan biaya miliaran rupiah.

Anak-anak sekolah di Desa Sangiang Tanjung, Lebak, Banten, harus menempuh titian maut saat hendak masuk sekolah.

Merayap bergelantungan di atas sungai berarus deras sambil memegangi bentangan tali kawat sisa-sisa jembatan yang rusak karena banjir.

Meski di bawah ancaman maut, siswa sekolah dasar (SD) dan SMP di Kampung Ciwaru, Desa Sangiang Tanjung, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, terpaksa bergelantungan di jembatan gantung yang rusak diterjang hujan dan angin.

Mereka harus melewati jembatan tersebut karena merupakan satu-satunya akses untuk bisa sampai ke sekolah mereka dengan cepat.

Memang ada jalan lain untuk menghindari jembatan maut yang kalau di kota-kota besar banyak dipakai untuk menantang adrenalin seperti yang disediakan di tempat-tempat outbound tersebut.

Namun, bila tak sanggup melintasi jembatan, para siswa harus berjalan kaki memutar untuk bisa sampai ke sekolah mereka. Jalan kaki sebagai lintas alternatif itu akan memakan waktu tempuh lebih lama karena jauhnya.

Jalur jalan kaki untuk sampai ke sekolah mereka di Rangkasbitung, yakni melintasi Kampung Pariuk, Desa Sukamekarsari, kemudian melintasi Kota Rangkasbitung, akan memakan waktu lebih dari sejam.

Jembatan gantung yang membentang di atas Sungai Ciberang yang berarus deras yang

menghubungkan Desa Sangiang Tanjung dengan Desa Pasir Tanjung, Kecamatan Rangkasbitung, terakhir diperbaiki pada 2010. Kini pascabanjir dan hujan angin seminggu lalu, setiap hari warga dua desa tersebut memanfaatkan jembatan itu sebagai satu-satunya jalur transportasi yang paling cepat dan murah.

Kemarin kondisi jembatan dengan panjang lebih dari seratus meter itu sangat mengkhawatirkan bagi siapa pun yang melintasi. Sebab, tempat berpijak yang semestinya datar merata kini berubah miring seperti tebing labil yang bergoyang-goyang saat dilewati.

Fisik jembatan tinggal menyisakan sling (tali kawat penyangga) dan tempat pijakan terdiri atas potongan-potongan papan kecil yang sudah rusak.

Untuk bisa melintasi jembatan tersebut, para siswa yang di punggungnya menggantung tas ransel berisi buku-buku pelajaran itu harus ekstra hati-hati.

Mereka harus berpegangan kuat-kuat ke tali kawat jika tidak ingin jatuh dan hanyut terbawa arus Sungai Ciberang yang deras.

Karena itu, telapak tangan anak-anak yang sebagian besar murid sekolah dasar tersebut terlihat memar kemerahan karena harus berpegangan tali jembatan kuat-kuat sambil merambat.

‘’Kami minta pemerintah segera memperbaiki jembatan ini. Sebab, jembatan ini satu-satunya jembatan penghubung menuju sekolah kami di Ona Rangkasbitung,’’ ujar Roni, siswa kelas satu SMPN 6 Rangkasbitung, saat ditemui.

Meski sangat membahayakan keselamatan jiwa, Roni bersama teman-teman lain memberanikan diri bergelantungan di sling agar sampai ke sekolah.

‘’Kadang kami terlambat datang ke sekolah karena terlalu lama menyeberangi jembatan gantung ini. Sebenarnya bisa saja tidak melalui jembatan ini, tapi harus memutar dan jarak tempuhnya cukup jauh hingga lebih dari sejam. Belum lagi, biaya transpornya (ongkos naik angkutan, red) cukup mahal,’’ ungkapnya.

Hal senada dikatakan warga lain, Ny Iyah (50). Dia mengungkapkan, karena rusaknya jembatan gantung, warga setempat tidak berani menyeberang. Warga menempuh jalan lain dengan jarak lebih jauh.

‘’Sebenarnya kami tidak tega melihat anak-anak pergi ke sekolah dengan bergelayutan berpegangan sling. Itu sangat membahayakan,’’ ujarnya.

Sekretaris Desa (Sekdes) Sangiang Tanjung Hasanudin saat ditemui menyatakan, jembatan gantung yang ambruk diterjang banjir pada Sabtu (14/1) lalu itu merupakan jembatan gantung penghubung antara warga Kampung Cikiray, Desa Sangiang Tanjung, Kecamatan Kalanganyar, dan Desa Pasir Tanjung.

‘’Kami berharap pemerintah secepatnya memperbaiki jembatan gantung ini,’’ katanya.

Ditemui di tempat terpisah, Camat Kalanganyar Sehabudin menjelaskan, pascabanjir yang merendam ratusan rumah di Kecamatan Kalanganyar, sedikitnya tiga jembatan gantung rusak diterjang banjir.

Ketiganya adalah jembatan gantung Cirende Ranca Garut, Cilangkap-Tambak Baya, dan jembatan gantung Pasir Tanjung. ‘’Sudah saya laporkan ke Pemkab Lebak,’’ ungkapnya.

SUMBER : http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=8457&kat=12